Penggunaan Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS - Pada postingan kali ini arsipkantor.com akan membagikan sebuah artikel yang ditulis oleh Eni Nuryanti.
|
Penggunaan Metode Diskusi Kelompok
untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS
Oleh : Eni Nuryanti
Pendidikan
merupakan suatu sistem. Maka unsur-unsur yang terkait harus saling mendukung
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Guru
memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak
bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di
Indonesia. Kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir zaman tidak akan
pernah tergantikan oleh teknologi secanggih apapun.
Guru dalam melaksanakan tugas tersebut hendaknya tidak hanya mampu
mengajarkan pengetahuan dan mendidik siswa agar menjadi manusia yang berbudi
luhur, tetapi juga harus mampu mengajarkan keterampilan hidup dan melatih siswa
agar dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupannya di
masyarakat. Hal ini berarti bahwa guru dituntut harus mampu
menguasai materi yang diajarkan. Selain itu guru dituntut untuk inovatif dan
kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu usaha guru untuk melakukan
pembelajaran yang inovatif
dan kreatif adalah
ketepatan guru dalam
pemilihan metode pembelajaran di kelasnya. Faktor guru dalam pemilihan
metode pembelajaran yang digunakan merupakan hal yang tidak boleh diremehkan.
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar sering
kali dilaksanakan dengan metode yang
monoton, tanpa alat peraga, dan berkesan sangat membosankan sehingga siswa
tidak tertarik untuk memperhatikannya. Terlebih lagi siswa sudah terbiasa
dengan pandangan bahwa materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus
dihafalkan di luar kepala.
|
Pelaksanaan
proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri Getas
01, diketahui bahwa tingkat penguasaan materi masih rendah. Dari 22 siswa hanya 10 siswa yang mendapat
nilai di atas KKM yaitu 70 ke atas. Ini berarti siswa yang berhasil atau tuntas
hanya 45,45 %. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran,
sebagai konsekuensinya penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam pelaksanaannya penulis dibantu oleh
teman sejawat sebagai observer.
Teknik pengumpulan data yang
dilaksanakan pada Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah melalui tes dan observasi. Observasi
dilaksanakan dengan mengisi lembar observasi untuk mengamati seluruh jalannya
perbaikan pembelajaran dan untuk
mencatat semua informasi
mengenai kelebihan maupun
kelemahan pada proses pembelajaran. Tes digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami matei pelajaran. Tes dilaksanakan
pada akhir pelajaran.
Analisa data yang digunakan adalah menggunakan analisa deskriptif yaitu
analisa deskriptif kualitatif dengan membandingkan nilai tes antara siklus I
dan siklus II, dengan melihat nilai tertinggi, nilai terendah, dan
rata-rata. Skor ini digunakan untuk
melihat peningkatan hasil belajar siswa. Analisa data dilakukan semenjak awal
sampai akhir yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan antara tahap
pengumpulan dan analisa data dengan model deskriptif persentase.
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui metode siklus yang dilakukan
dalam dua tahapan atau siklus, yang setiap siklusnya dilakukan melalui tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan,pengamatan/observasi,
dan refleksi. Pelaksanaan setiap siklus dideskripsikan sebagai berikut :
A. Siklus I
Siklus I
dilaksanakan 2 kali pertemuan, masing-masing dengan alokasi waktu
2 x 35 menit. Pelaksanaan pertemuan
pertama pada hari Jumat tanggal 23 Juli 2010 pukul 07.15 sampai dengan
08.25, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan hari Jumat tanggal 30 Juli 2010 pukul 07.15 sampai dengan 08.25.
Tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan
refleksi awal berdasarkan hasil studi pendahuluan. Adapun
tahap yang dilakukan dalam perencanaan
ini sebagai berikut :
a.
Membuat desain pembelajaran mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial tentang
peninggalan sejarah bercorak Hindu, Budha,
dan Islam di Indonesia.
b. Simulasi
pembelajaran berdasarkan desain pembelajaran.
c. Revisi
desain pembelajaran berdasarkan hasil simulasi.
d. Menyusun instrumen.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama
maupun kedua sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada masing-masing pertemuan terdiri dari :
a.
kegiatan awal (apersepsi);
b.
kegiatan inti;
c.
kegiatan akhir.
Perbaikan pembelajaran siklus I yang telah
dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut :
a. jumlah siswa yang
mengikuti : 22 siswa;
b. jumlah siswa yang belum
tuntas : 6 siswa;
c. jumlah siswa yang
tuntas : 16 siswa;
d.
jumlah nilai : 1550;
e.
nilai rata-rata kelas : 70,45;
f. persentase
ketuntasan : 72,72 %.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
pada perbaikan pembelajaran
siklus I, hasil belajar siswa sudah menunjukkan
kenaikan yang cukup signifikan,
walaupun masih belum
sesuai dengan target yang ingin dicapai peneliti.
Faktor penyebabnya antara lain :
a.
penggunaan metode pembelajaran kurang efektif;
b. siswa terlihat pasif dalam
diskusi;
c.
kurang melibatkan siswa secara individu.
3. Pengamatan/Observasi
Tahap observasi
dilakukan bersamaan dengan
tahapan tindakan, guru peneliti
sebagai penyampai materi. Setiap tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh guru dan siswa diamati oleh pengamat yaitu peneliti dan teman sejawat
dengan menggunakan lembar observasi / pedoman pengamatan. Hal ini bertujuan untuk mengamati kekurangan
maupun kelebihan tindakan yang dilakukan. Fokus observasi baik pada pertemuan yang pertama maupun pertemuan kedua adalah
penggunaan metode pembelajaran tentang
peninggalan sejarah bercorak Hindu,
Budha, dan Islam di Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran pada pertemuan pertama
berjalan lancar. Siswa terlihat dalam aktif memperhatikan penjelasan guru.
Dalam penyampaian materi guru sudah menggunakan bahasa yang sederhana, mudah
dipahami siswa, runtut, dan jelas. Pembahasan materi juga sudah sistematis tetapi masih ada beberapa hambatan yang
menjadi kendala dalam pembelajaran, yaitu :
a.
Dalam menentukan kelompok
diskusi anak-anak berebut
memilih sendiri anggota
kelompoknya, sehingga ada kesenjangan antara kelompok siswa yang
pandai dengan
kelompok siswa yang kurang pandai.
b. Pada saat pelaksanaan diskusi siswa kurang
memahami cara berdiskusi sehingga siswa
banyak yang gaduh.
c.
Guru kurang membimbing siswa pada saat pelaksanaan diskusi.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
kedua juga berjalan dengan lancar, tetapi masih ada kekurangan-kekurangan,
yaitu :
a. Siswa tidak berani bertanya tentang materi
yang belum dipahaminya, sehingga pada
saat tanya jawab
siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan guru.
b.
Guru kurang membimbing siswa secara individu.
c.
Pada saat pembahasan hasil diskusi, siswa kurang berani mengemukakan
pendapat.
4.
Refleksi
Pada pertemuan pertama penampilan
aktivitas perbaikan yang sudah baik meliputi: a.
Penggunaan media pembelajaran sudah sesuai dengan materi.
b.
Bahasa yang digunakan sederhana, mudah dipahami siswa, runtut, dan
jelas.
c. Guru menyampaikan materi
secara sistematis.
d. Guru mengadakan kegiatan
tanya jawab.
e. Pemberian penguatan atau
pujian kepada siswa.
Aktivitas perbaikan yang belum baik
dan menjadi pusat
perhatian pada pelaksanaan pertemuan kedua adalah :
a.
Pembagian anggota kelompok
diskusi sebaiknya dilakukan
oleh guru. Setiap
kelompok
terdiri dari siswa
yang pandai dan
kurang pandai s ehingga tidak
ada
kesenjangan pada saat pelaksanaan diskusi.
b.
Sebelum pelaksanaan diskusi guru
memberi petunjuk kepada siswa tentang tata cara
pelaksanaan diskusi sehingga siswa tidak bingung.
c.
Guru membimbing siswa dalam
pelaksanaan diskusi agar
diskusi berjalan dengan
lancar.
B. Siklus II
Siklus II
dilaksanakan dua kali
pertemuan masing-masing dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama pada hari Jumat tanggal 6
Agustus 2010, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan hari Jumat tanggal 20
Agustus 2010 pukul 07.15 sampai dengan pukul 08.25. Tahapan-tahapan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil
temuan faktual pada siklus I yang
dibahas dalam analisis dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada
dasarnya hanya menyempurnakan pelaksanaan dari siklus I. Peneliti membuat
desain pembelajaran berupa Rencana
Perbaikan Pembelajaran siklus II untuk pertemuan pertama dan kedua pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang peninggalan-peninggalan sejarah
bercorak Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia.
2. Pelaksanaan
Tahapan-tahapan pelaksanaan siklus II baik
pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua terdiri dari :
a.
kegiatan awal (apersepsi);
b.
kegiatan inti;
c.
kegiatan akhir..
Perbaikan pembelajaran siklus II yang telah dilaksanakan diperoleh
data sebagai berikut :
a. jumlah siswa yang mengikuti :
22 siswa;
b. jumlah siswa yang belum
tuntas : 0 siswa;
c. jumlah siswa yang
tuntas : 22 siswa;
d.
jumlah nilai : 1760;
e.
nilai rata-rata kelas : 80,00;
f. persentase
ketuntasan : 100 %.
Berdasarkan hasil
perbaikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada siklus II, ditemukan bahwa pelaksanaan
aktivitas-aktivitas pembelajaran telah berjalan dengan baik, dengan nilai
rata-rata 80,00. Oleh karena itu perbaikan pembelajaran dianggap sudah selesai.
3. Pengamatan/Observasi
Pengamatan
dilakukan pada setiap
perubahan perilaku yang dialami
oleh siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Penulis membuat catatan-catatan penting yang
digunakan sebagai data dalam
penelitian. Fokus observasi adalah penggunaan metode diskusi kelompok tentang
peninggalan – peninggalan
sejarah yang bercorak Hindu,
Budha, dan Islam di Indonesia.
Berdasarkan hasil
pengamatan pada pertemuan pertama siklus II siswa masih mengalami kesulitan
untuk bercerita tentang peninggalan sejarah yang bercorak Budha yang ada di
Indonesia. Pada saat pembagian kartu kata siswa masih berebut karena pola
permainan kartu dalam diskusi mereka anggap
hal yang baru. Tetapi pada pelaksanaan diskusi siswa sudah mulai
tertib.
Pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II sudah berjalan dengan tertib dan
lancar. Siswa-siswa sudah mulai percaya diri untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari guru dan mereka juga sudah berani bertanya tentang
materi yang belum dipahami. Pada pelaksanaan diskusi juga sudah berjalan dengan
baik karena siswa sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan metode
diskusi kelompok.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil
perbaikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada siklus II pertemuan kedua dan hasil
observasi dari pengamat ditemukan bahwa pelaksanaan aktivitas-aktivitas pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan aktivitas-aktivitas pembelajaran
telah berjalan dengan baik dan sesuai
dengan langkah-langkah
pembelajaran.
b. Semua
siswa antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
karena metode pembelajaran yang
digunakan guru menarik perhatian siswa.
c. Hasil
belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I
pertemuan pertama sampai dengan siklus II pertemuan kedua.
d. Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas dinyatakan
berhasil karena terbukti semua
siswa berhasil
mencapai ketuntasan belajar 100 %, artinya
semua siswa berhasil
memperoleh nilai KKM sesuai harapan
peneliti yaitu 70.
Dari deskripsi di
atas menunjukkan kemajuan hasil belajar siswa, yang pada tahap prasiklus hanya
10 siswa yang tuntas belajar dengan nilai 70 ke atas. Kenaikan terjadi mulai
perbaikan pembelajaran pada siklus I yaitu ada 16 siswa yang tuntas belajar.
Karena hasil pembelajaran belum sesuai dengan target yang diharapkan peneliti,
yaitu semua siswa memperoleh KKM 70 maka kemudian diadakan perbaikan
pembelajaran siklus II. Pada siklus II semua siswa memperoleh nilai di atas
KKM.
Dari hasil deskripsi
per siklus di atas, persentase kenaikan nilai rata-rata kelas dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Pencapaian
hasil belajar siswa SDN Getas
01, semester I, kelas V,
tahun pelajaran
2010/2011 pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial tentang peninggalan
sejarah bercorak Hindu,
Budha, dan Islam di Indonesia pada tahap prasiklus hanya
memperoleh nilai rata-rata 53,18.
2).
Pada siklus I nilai
rata-rata kelas adalah 70,45, sehingga
persentase kenaikan nilai
rata- rata kelas siklus I dibanding prasiklus adalah sebesar
32,47 %;
3).
Pada siklus II nilai rata-rata kelas
adalah 80,00, sehingga persentase
kenaikan nilai
rata-rata kelas siklus II dibanding siklus
I adalah sebesar 13,56 %.
Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang peninggalan sejarah bercorak Hindu, Budha,
dan Islam di Indonesia kelas V semester I SD Negeri Getas 01 Kecamatan Bawang
Kabupaten Batang. Hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dari pertemuan pertama
siklus I sampai pertemuan kedua siklus II selalu mengalami peningkatan. Dengan
demikian penggunaan metode diskusi kelompok ternyata dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Artikel Penggunaan Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS.docx
Terima kasih telah mengunjungi arsipkantor.com, kami tunggu kunjunganya kembali. Apabila menurut anda artikel ini bermanfaat, silahkan share melalui media sosial anda.
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, komentar SPAM akan dihapus. Tema komentar bebas, tapi utamakan berkomentar tentang postingan ini.
Emoticon